top of page
Writer's pictureMSS FEB UI

Origin News #1 Hampers of Prosperity: Unlocking Eid’s Business Potential

Lebaran merupakan momentum yang tepat untuk berkunjung ke rumah para kerabat dalam rangka menjalin silaturahmi. Namun, pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu menyebabkan adanya perubahan perilaku yang terjadi pada saat lebaran, yaitu pertukaran hampers. Hampers merupakan sekotak keranjang yang berisi beberapa jenis barang, seperti makanan, minuman, dan lain-lain yang nantinya akan dikirim kepada orang yang ingin kita tuju. Saling berbagi hampers dapat meningkatkan hubungan yang baik antar sesama keluarga di saat momen lebaran. 

Di lain sisi, perilaku berbagi hampers ini juga menimbulkan kontra bagi beberapa pihak. Contohnya adalah ketika seseorang diberikan hampers oleh orang lain, maka ia akan merasa terbebani secara moral karena telah “berutang” hampers dari orang tersebut. Namun, di saat yang bersamaan, ia tidak ingin mengalokasikan uangnya untuk membalas kiriman hampers tersebut karena ada kebutuhan lain yang lebih penting.

Gambar 1. Chart Google Trend

Di luar dari pro dan kontra antara fenomena berbagi hampers tersebut, ada beberapa hal yang dapat kita teliti dari kejadian ini. Hal ini terkait dengan perilaku konsumen terhadap pembelian hampers pada saat lebaran. Berdasarkan Google Trend, keyword “hampers lebaran 2024” mencapai puncak pencariannya pada seminggu sebelum lebaran di tanggal 31 Maret — 6 April 2024. Hal ini mengimplikasikan bahwa ketika mendekati lebaran, masyarakat cenderung gencar mencari hampers untuk diberikan kepada kerabatnya di hari lebaran nanti.

Perilaku konsumsi dari setiap individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor kultural, sosial, personal, serta psikologi. Menurut penelitian, fenomena dari saling bertukar hampers ini disebabkan oleh faktor sosial yang berasal social group atau reference group. Reference group terdiri dari sebuah grup yang baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang. Dari reference group ini, jika ada satu orang mengirimkan hampers kepada yang lain, maka yang menerima hampers akan mengirimkan hampers juga kepada orang tersebut. Hal itu berlaku kepada semua anggota grup. Namun, dikarenakan ada beberapa orang yang merasa terbebani dikarenakan perilaku bertukar hampers ini, maka mereka lebih memilih untuk tidak aktif bermain sosial media agar tidak memiliki rasa bersalah jika tidak mengirim balik hampers tersebut. 

Selain itu, fenomena bertukar hampers juga memiliki hubungan dengan konsep aktualisasi diri dan interpersonal gifting. Pertama, hampers dimaknai sebagai budaya atau tradisi mengirim paket pada hari raya untuk menyampaikan afeksi. Aktualisasi dalam hal ini adalah menunjukkan cinta seseorang ketika mengirim hampers dan merasa dicintai ketika menerima hampers. Selain aktualisasi, kebanyakan fenomena bertukar hampers diklasifikasikan sebagai interpersonal gifting. Hal ini dikarenakan interpersonal gifting bersifat intim karena memberikan kesempatan bagi pemberi hadiah untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan tentang penerima hadiah. Kedua, hampers juga digunakan sebagai pengganti dari silaturahmi tatap muka pada era COVID-19 beberapa tahun lalu. Hal ini berguna untuk menjaga hubungan baik tanpa bertemu secara langsung. Ketiga, hampers sebagai bagian dari aktualisasi diri mendorong keinginan untuk mengunggah di sosial media. Orang yang menerima hampers biasanya menggunakan fitur story dan instagram feed sebagai bentuk terima kasih ketika mereka menerima hampers. Keempat, seseorang bersedia untuk berusaha mencari tahu terlebih dahulu mengenai karakteristik penerima sebelum ia mengirimkan hampers tersebut, hal ini bertujuan untuk memperkuat hubungan. 

Jika kita lihat dari sisi entrepreneurship, beberapa hal tersebut dapat digunakan sebagai peluang untuk bisnis hampers. Namun, sebelum memulai untuk menjual hampers, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti menyeleksi karyawan agar dapat disesuaikan posisinya dengan potensi karyawan tersebut. Lalu, menyeleksi bahan baku agar produk hampers yang dijual memiliki bahan baku berkualitas. Lalu, menentukan design, seperti desain produk dan desain logo. Hal ini akan menambah kesan elegan dan membuat hampers tersebut diingat oleh konsumen. Lalu yang terakhir adalah menentukan target market agar apa yang dijual sesuai dengan kebutuhan konsumen. 

Selain lebaran, bisnis hampers ini juga bisa masuk dengan memanfaatkan hari spesial lainnya, seperti natal, tahun baru, dan lain-lain. Design hampers akan diganti menyesuaikan hari spesial yang ada. Bisnis hampers ini bisa membuka jalan bagi ibu rumah tangga dan generasi muda yang ingin menuangkan ide kreatif mereka dan menghasilkan uang. Hal ini juga dapat mengurangi pengangguran. Dengan adanya bisnis hampers ini juga membuat para konsumen, yaitu anggota keluarga dan generasi muda, memberikan perhatian lebih dan ketertarikan yang tinggi pada desain hampers tersebut. Merespon hal ini, pebisnis harus mampu untuk mengeksplorasi desain mulai dari isi produk, kemasan produk, hingga logo produk, agar konsumen lebih tertarik untuk membeli hampers. Kemasan juga dapat memberikan makna bahwa apa yang dirasakan oleh konsumen sampai kepada orang yang akan dituju. Hal ini dapat meningkatkan profit yang signifikan akibat dari banyaknya pesanan yang masuk.

Selain dari segi produk, pebisnis juga harus memikirkan segi pemasarannya. Semenjak pandemi COVID-19 beberapa tahun ke belakang, pebisnis menjalankan bisnisnya melalui online berbasis sosial media. Bisnis hampers dapat memanfaatkan media tersebut untuk menjangkau peluang pasar yang lebih luas tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. Untuk melakukannya juga tidak perlu memiliki modal yang besar karena hanya perlu kamera dan kreativitas untuk mulai memasarkan produk melalui sosial media. 

Setiap tahunnya, perusahaan-perusahaan besar dari F&B dan fashion merilis produk edisi hari spesialnya, seperti Kopi Kenangan yang merilis varian barunya yaitu “Blewah Mewah Series” menjelang hari ramadhan. Sebagai contoh lain, UMKM bernama Mad Batter (@madbatter.jkt), sebuah bisnis kue, menjual produk mereka secara offline maupun online. Di sini, terdapat banyak jenis kue, mulai dari kue ulang tahun, slice cake, roll cake, dan lain-lain. Bisnis tersebut juga menjual hampers yang disesuaikan dengan tema hari spesial yang ada. Misal, pada hari valentine, maka bisnis ini akan membuat hampers menyesuaikan dengan valentine, begitu juga dengan lebaran, setelah hampersnya dibuat, maka bisnis ini akan mengunggahnya di IG story dan membuat highlight khusus hampers dengan tema-tema khusus tersebut. 

Gambar 2. Hampers Lebaran

Gambar 3. Hampers Valentine

Mengapa brand-brand seperti Mad Batter yang berasal dari sektor consumer goods seperti F&B dan Fashion tersebut harus menyesuaikan model hampersnya sesuai dengan tema hari spesial yang ada? Jika kita melihat dari penjelasan perilaku konsumen di atas, maka dapat diketahui bahwa ketika ada hari spesial, seperti lebaran contohnya, maka orang-orang cenderung akan memberikan hampers. Saat mereka merasa terbebani ketika hanya satu dari mereka yang mengirim dan tidak dikirim balik, maka kedua pihak akan membeli hampers. Dapat dipastikan pada momen seperti lebaran, demand terhadap hampers meningkat pesat dan sebaiknya dimanfaatkan oleh bisnis untuk mendapatkan revenue tambahan di hari spesial tertentu. Tentu hampers/special edition goods dengan tema khusus akan membuat konsumen merasa terhubung dengan tema hampers yang ada. Selain itu, hal ini juga merupakan suatu bentuk marketing secara tidak langsung bagi bisnis tersebut agar mendapatkan brand awareness yang lebih luas dan mencapai audience yang lebih besar karena penerima hampers cenderung untuk menceritakan hampers yang diterimanya secara word of mouth kepada kerabatnya maupun menggunakan media sosial untuk menunjukan hampers yang diberikan oleh kerabatnya. 


37 views0 comments

Comentarios


bottom of page